Selviana Haenkanes Turot: Akhirnya saya berani mengejar beasiswa impian

Kredit:Beasiswa Timur

 

“Bayangkan kembali ke bangku kuliah setelah tujuh tahun bekerja di daerah 3T, menghadapi teknologi yang terasa asing, dan bersaing dengan mahasiswa yang jauh lebih muda. Itulah langkah awal saya menuju beasiswa LPDP.”

Saya berasal dari Kampung Konja, Distrik Aifat Utara, Kabupaten Maybrat. Kampung tempat saya tinggal berbatasan dengan Kabupaten Tambrauw dan dekat dengan Gunung Petik Bintang. Mau ke Petik Bintang hanya butuh 40 menit dari kampung, dekat saja. Waktu S1, saya ambil jurusan pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Tamansiswa Yogyakarta. Sebenarnya saya dulu tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang guru. Apalagi, cita-cita setelah lulus kuliah adalah bekerja di bidang pariwisata atau juga di Kementerian Luar Negeri. Namun apa yang diinginkan dan apa yang terjadi, bisa saja berubah.

Saat lulus dan kemudian kerja pertama kali, saya mengajar di Seminari Petrus van Diepen Sorong. Di sana saya mulai menemukan jati diri dan jatuh cinta dengan profesi guru. Dari sekolah ini saya belajar bagaimana menjadi pendidik yang sesungguhnya. Saya menyukai anak-anak, belajar banyak dari mereka, dan menjadikan mereka sebagai hiburan di tengah beban hidup. Kalau misalnya di rumah ada rasa lelah, semua beban bisa hilang begitu saja ketika berada di sekolah, bertemu anak-anak dari berbagai suku dan latar belakang. Mereka macam jadi “obat” kedua setelah Tuhan. Dorang menguatkan ketika hidup terasa berat.

Selama 4 tahun mengajar di sekolah Seminari Petrus van Diepen Sorong, sampai dengan pindah ke Maybrat karena lulus CPNS dan mengajar di sana. Saat ini saya bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu SMP di Kabupaten Maybrat.  Secara total, saya sudah mengabdikan diri selama 7 tahun di dunia pendidikan. Pengalaman panjang ini menjadi pijakan awal yang membawa saya pada cerita berikutnya, tentang bagaimana saya akhirnya berani mengejar beasiswa impian.

Kecintaan yang mulai tumbuh terhadap profesi ini bikin saya mulai mencari cara untuk terus berkembang, salah satunya melalui pendidikan lanjutan. Sejak tahun 2020, saya rajin mencari informasi beasiswa S2 melalui berbagai media sosial. Meski sering merasa kurang percaya diri untuk mendaftar. Sebab takut persyaratannya sulit, atau beasiswanya tidak dicover sepenuhnya. Ketika tahun 2023, sepupu saya lolos dan mendapat beasiswa LPDP. Hal ini membangkitkan semangat saya untuk mencoba. Jangan-jangan ada peluang juga buat saya.

Pada awal 2024, saya mendaftar LPDP tahap satu tetapi tidak lulus di tahap substansi/wawancara. Saya tidak menyerah dan mencoba lagi di tahap dua. Kali kedua itu, sa mengikuti mentoring dari inisiatif Beasiswa Timur yang dipandu langsung oleh pendirinya. Kami belajar menulis esai yang baik dan menarik, serta berlatih menjawab pertanyaan panelis dengan data yang tepat. Saya pun menemukan cara menulis yang lebih baik, dan berani merombak esai sepenuhnya. Puji Tuhan, pada tahap dua tahun 2024 saya lulus dengan nilai yang hampir menyamai passing grade jalur umum. Saya rasa keberhasilan ini tidak lepas dari strategi, persiapan, dan dukungan orang-orang di sekitar saya.

Selama proses seleksi, saya tidak terlalu kesulitan karena sudah menyiapkan semua berkas sebelum pendaftaran. Saya juga tidak ragu bertanya kepada para penerima beasiswa LPDP, khususnya dari Papua. Bagi saya, setiap tahap seleksi itu penting, terutama pembuatan esai, karena menurut saya esai bagaikan surat lamaran pekerjaan yang kita tujukan kepada LPDP sebagai pihak yang membutuhkan mereka yang mau dipilih. Jadi kita harus menulis sebaik mungkin agar kita memenuhi persyarataan mereka, dan masuk ke dalam kulifikasi yang mereka cari.

Sehingga nanti di tahap substansi, kita dapat mempertanggungjawabkan apa yang sudah kita tulis atau tuangkan dalam esai kepada pihak LPDP melalui wawancara bersama tiga panelis LPDP. Selain itu teman-teman juga perlu ingat bahwa LPDP mencari kandidat yang memiliki pengalaman, kontribusi nyata, memahami permasalahan di lingkungannya. Dengan harapan melalui belajar S2 atau S3 menggunakan beasiswa LPDP nantinya bisa kembali untuk menyelesaikan permasalah tersebut. Pekerjaan dan kontribusi yang dimaksud tidak harus besar, tetapi yang kecil pun asalkan bermanfaat bagi sekitar tetap bernilai. Pemahaman inilah yang membuat saya semakin mantap melangkah ke tahap berikutnya menjalani perkuliahan S2.

Saat ini saya kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Pengembangan Kurikulum. Saya sangat bersyukur akhirnya bisa kembali ke dunia kampus setelah tujuh tahun. Peralihan ini tidak mudah, terutama karena saya berasal dari daerah 3T dan harus kembali menyesuaikan diri dengan teknologi. Di bulan pertama, saya hampir menyerah, tetapi teringat janji yang saya tulis di esai. Saya pun belajar lebih keras, membaca dua hingga tiga kali lipat dari teman-teman, dan berani bertanya agar tidak tertinggal. Banyak tantangan yang saya alami, mulai dari sakit hingga belajar semalam suntuk. Puji Tuhan, di semester pertama saya meraih IPK yang sangat memuaskan. Saya percaya bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa kerja keras, doa, dan dukungan orang-orang terdekat dapat membawa kita pada hasil yang indah.

Melalui tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas cinta kasih-Nya, sehingga saya bisa bertahan sampai tahap ini. Terima kasih kepada Kak Dayu Rifanto sebagai mentor saya, kedua orang tua, keempat adik saya Virginus, Fabianto, Fransina, dan Valeriana serta keluarga besar dan rekan kerja di SMP N 1 Aifat dan SD YPPK St. Petrus Yarat Konja yang telah mendukung dan memfasilitasi saya selama proses seleksi. Dukungan mereka menjadi pengingat bahwa setiap perjuangan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. Saya percaya, ini adalah permulaan dan dengan kerja keras pasti saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.

Pesan saya untuk teman-teman muda Papua yang sedang berjuang mendapatkan beasiswa LPDP atau beasiswa lainnya manfaatkan kesempatan yang ada, ikuti alur seleksi dengan baik, jangan malu bertanya, ikuti kelas mentoring, dan perluas pertemanan di luar komunitas kita. Jangan remehkan setiap tahap seleksi. Mari kita bersaing dengan teman-teman dari mana saja. Kalau mereka bisa, kita juga pasti bisa.

Kredit: Beasiswa Timur

Related posts
Tutup
Tutup